Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan bahwa ide pembangunan LRT merupakan hasil survei terhadap permasalahan lalu lintas di Kota Palembang bahwa akan terjadi kemacetan total pada 2019.
"Permasalahan kemacetan yang akan timbul di Palembang harus diatasi dengan salah satu pembangunan transportasi massal," katanya.
Pada saat peninjauan di Zona I, Manager Proyek PT Waskita Karya (Persero) untuk LRT Palembang Abdillah menjelaskan perkembangan proyek serta berbagai permasalahan yang dihadapi hingga Agustus ini.
Menurut dia, ada beberapa hal yang menjadi permasalahan, antara lain trase yang bersinggungan dengan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) pada zona 3, 4, 5, dan trase yang bersinggungan dengan FO di Tanjung Api-api.
Permasalahan lainnya, kata Abdillah, adanya relokasi utilitas kota (kabel Telkom, PDAM, pipa gas, kabel PLN) udara dan bawah tanah, "fiber optic", dan penyedia telepon seluler.
"Sudah dilakukan koordinasi dengan instansi terkait namun tindak lanjut di lapangan belum signifikan," ujarnya.
Dia menyebutkan total keseluruhan yang terkena dampak utilitas sebanyak 48 pier pada zona 3, 4, dan 5.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Prasetyo Boeditjahjono mengatakan bahwa proyek yang bernilai Rp11,4 triliun tersebut telah mendekati 11 persen kemajuan.
Dia menjelaskan LRT Bandara Sultan Mahmud Badaruddin sampai dengan Komplek Olahraga Jakabaring memiliki panjang trase 23 kilometer dengan 13 jumlah stasiun dan sembilan substasion.
Sebanyak 13 stasiun itu dimulai dari Stasiun Bandara Sultan Mahmud II, Stasiun Asrama Haji, Stasiun. Telkom, Stasiun RSUD, Stasiun Polda, Stasiun Demang Lebar Daun, Stasiun Palembang Icon, Stasiun Dishub Kominfo, Sumsel, Stasiun Pasar Cinde, Stasiun Terpadu Jembatan Ampera, Stasiun Gubenur Bestari-Polresta, Stasiun Stadion Jakabaring, serta berakhir di Stasiun Opi.