kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45936,04   7,69   0.83%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Pasar saham belum krisis meski IHSG sudah turun hampir 10%


Senin, 21 Mei 2018 / 15:06 WIB
Analis: Pasar saham belum krisis meski IHSG sudah turun hampir 10%
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menurun belakangan ini. Bahkan, hingga sesi I perdagangan Senin (21/5), indeks masih terkoreksi 0,72% ke level 5.741,57. Merujuk data Bloomberg, secara year to date (ytd) per Jumat (18/5), indeks sudah melorot sebesar 9,89%.

Meski terus turun, namun pengamat pasar modal Satrio Utomo mengatakan, bursa domestik saat ini belum masuk dalam kategori krisis. Mengingat, penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini belum mencapai 20% dalam waktu yang singkat.

"IHSG tidak turun sebanyak 20% dalam waktu sebulan, atau turun 10% dalam seminggu. Sehingga, sekarang memang belum bisa dikategorikan krisis," jelasnya, Jumat (18/5).

Kondisi bursa domestik saat ini berada pada situasi yang berbeda dibandingkan 20 tahun lalu. Artinya, bursa lebih mampu menjaga dampak ataupun risiko krisis.

Dengan dominasi pelaku pasar lokal saat ini, krisis di bursa lebih mampu ditahan dibandingkan 20 tahun lalu. Apalagi, dengan mulai berkurangnya pengaruh modal asing, sehingga pasar memiliki kemampuan lebih besar dalam meredam risiko krisis.

"Kalau sekarang, kita belum krisis karena pertumbuhan ekonomi juga masih tinggi. Tapi, kalau pemerintah enggak lakukan langkah-langkah tepat, maka ketika kembali terjadi krisis, kita akan lebih parah dari 2008," jelasnya, Jumat (18/5).

Kondisi tersebut bisa terjadi, sebab, situasi di masyarakat saat ini juga diwarnai sentimen politik jelang pemilihan umum Presiden. 

Di samping itu, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih tinggi, di atas 5%, namun perputaran uang di masyarakat berkurang. Ini karena tergerus biaya kebutuhan seperti BBM, tarif listrik yang naik dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×